MAKASSAR -- Potensi perikanan budidaya Kabupaten Pinrang cukup menjanjikan dengan luas perikanan tambak mencapai 15.675 ha. Dengan potensi tersebut Pinrang menjadi salah satu daerah pemasok udang windu terbesar di Sulawesi Selatan.
Dimana pada tahun 2013 produksi udang windu terbesar di Sulawesi Selatan, yaitu mencapai 2.973,2 ton, meningkat dari produksi tahun 2012 sebesar 2.931 ton. Begitupun tahun 2014 produksinya naik menjadi 3.125,3 ton atau meningkat 100,82 persen dari target sebesar 3.100 ton dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2015 peningkatan produksi lebih dari 100 persen.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang, Ir H. Andi Budaya Hamid menjelaskan, tercapainya target produksi komoditas ekspor seperti udang windu didorong oleh peluang pasar dan beberapa kebijakan strategis yang telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang.
Kebijakan tersebut antara lain pengembangan kawasan minapolitan di beberapa lokasi yang mampu mendongkrak produksi dengan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang ada.“Melihat peluang itu maka minat dan kepercayaan investor dan masyarakat lokal untuk terjun ke usaha budidaya udang semakin meningkat,” kata Andi Budaya, baru baru ini.
Agar investor dan pembudidaya udang termotivasi mengembangkan usaha budidaya udang khususnya udang windu maka Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan perbaikan infrastruktur tambak berupa normalisasi saluran, perbaikan pintu air, pembangunan jembatan dan pemeliharaan jalan tambak.
Demikian juga pengembangan budidaya berbasis kawasan. Bantuan sarana budidaya yang merupakan stimulus bagi pembudidaya turut berperan serta dalam menaikkan produksi komoditas ekspor perikanan tersebut.
"Selain itu kegiatan lainnya yang menjadi pemicu meningkatnya produksi udang seperti pendampingan kelompok, pengembangan tambak percontohasn aplikasi pakan alami phronima dan probiotik rica. Termasuk kerjasama lintas sektor dan stakeholder untuk memudahkan pengembangan inovasi teknologi dalam budidaya udang,” kata Andi Budaya.
Selain udang windu dan udang vaname juga menunjukkan peningkatan produksi, pada tahun yang sama melampaui target dari 630 ton terealisasi sebesar 636,8 ton.
“Kedepan pengembangan udang vaname akan fokus pada kawasan-kawasan tertentu karena dikhawatirkan pencemaran limbahnya,” kata Andi Budaya.
Meski demikian karena vaname memiliki prospek pasar lebih menggiurkan daripada udang windu saat ini, sehingga pengembangan vaname secara sederhana hingga teknologi intensif tetap ditolerir pada kawasan yang sesuai.
Andi Budaya mengakui masih ada kendala dalam menggenjot komoditas perikanan di Pinrang. Salah satunya adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri di sejumlah kawasan pertambakan udang di Pinrang.
Berdasarkan hasil pemantauan hama dan penyakit udang yang dilakukan oleh Balai Besar Karantina Ikan Makassar, jenis- jenis Hama Penyakit Ikan/Hama Penyakit Ikan Karantina yang ditemukan menginfeksi udang vannamei di Kabupaten Pinrang tahun 2015 adalah penyakit WSSV.
Untuk menanggulangi terjadinya serangan penyakit pada udang di tambak maka Andi Budaya mengharapkan agar petani tambak tidak menggunakan benur yang tidak melalui pemeriksaan PCR. Jika ada kelainan pada udang atau benur maka petambak diminta untuk menghubungi petugas di Pos pelayanan perikanan terpadu (Posikandu) yang ada di Langnga kecamatan Mattiro Sompe.
EmoticonEmoticon