MAKASSAR -- Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV (Persero) akhirnya membuka jalur pelayaran langsung internasional (Direct Call) dari Makassar, yaitu dengan melakukan direct call Makassar-Hongkong dan Makassar-Dili melalui Terminal Petikemas Makassar (TPM) yang ditandai dengan pengiriman komoditas ekspor sebanyak 300 TEUs.
Direktur Utama Pelindo IV Doso Agung mengatakan, direct call melalui TPM merupakan salah satu terobosoan yang dilakukan pihaknya di penghujung tahun ini. Pihaknya memang berencana, membangun inter konektivitas di Indonesia timur untuk menjamin ketersediaan muatan, sehingga pelayaran dari dan ke Makassar-Hongkong dan Makassar-Dili dapat dilakukan secara rutin setiap minggu dengan rute Pelabuhan Makassar-Jakarta-Bututu-Manila-Batangas, Hongkong-Shekou-Manila-Manila serta Cebu.
"Dari sisi pendapatan perusahaan sendiri, dengan adanya terobosan ini kami optimistis bisa mendongkrak pendapatan Pelindo IV antara 10% hingga 15% pada tahun depan," kata Doso Agung.
Dia juga mengungkapkan, direct call merupakan salah satu upaya pihaknya untuk mengembalikan kejayaan Kota Makassar yang memang dikenal sebagai Kota Bandar Pelabuhan di masa lalu. Dengan begitu lanjutnya, masyarakat Kota Makassar dan Sulsel pada umumnya akan dapat menikmati barang yang murah dan juga bisa meningkatkan pendapatan daerah Sulsel.
GM Terminal Petikemas Makassar Pelindo IV Muhammad Basir mengungkapkan, direct call dengan menggunakan sistem pembukaan jalur pengiriman logistik di TPM yang resmi dilakukan hari ini, Sabtu (5 Desember 2015) guna memangkas biaya pengiriman baik domestik maupun luar negeri hingga US$120 per kontainer.
Dengan begitu, harga komoditas tentu akan bersaing serta pencatatan ekspor di Sulsel juga akan meningkat. Dia berharap, direct call akan menjadi solusi pemangkasan biaya pengiriman logistik yang cukup mahal selama ini, termasuk menghilangkan double handling atau ditangani berganda.
"Sebelumnya, kami telah melakukan penandatangan Nota Kesepahaman antara Terminal Petikemas Makassar dengan Pelayaran Internasional dibawah naungan SITC Countainer Lines Co.Ltd sebagai bagian dari solusi mengefesiensi anggaran," kata Basir.
SITC Countainer Lines Co.Ltd sendiri merupakan perusahaan pelayaran internasional yang berpusat di Hongkong dan berencana pada direct call perdana dari TPM akan menggunakan kapal dengan kapasitas 1.000 TEUs.
Menurutnya, selama ini biaya pengiriman ke luar negeri cukup mahal karena harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok di Jakarta, selanjutnya baru diekspor ke Negara Asia, termasuk Hongkong hingga Manila.
Dia juga berharap, dengan direct call ini akan mempengaruhi nilai kompetitif harga barang yang akan diekspor dari TPM. Selama ini bila dikalkulasi, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengirim barang dari TPM ke luar negeri cukup besar, yakni mencapai US$140 per TEUs (Twenty Foot Equivalent Unit) per kointainer.
"Inilah yang menjadi persoalan selama ini. Oleh sebab itu, kami berharap dengan penjajakan kerja sama ini, biaya pengiriman akan terpangkas hingga 15% karena langsung ke negara tujuan," ucapnya.
Dia merinci, pengelolaan kointaner untuk ekspor ke luar negeri per bulan bisa mencapai 2.000 sampai 2.500 TEUs. Sedangkan bongkar muat barang domestik bisa mencapai 1.200 TEUs dengan jumlah call per bulan mencapai 600 hingga 800 call. Jika ditotal katanya, seluruh bongkar muat ekspor maupun impor di TPM sekitar 45.000 hingga 50.000 TEUs per bulan.
Sementara kunjungan kapal di TPM bisa mencapai 100 call hingga 120 call. Dengan jumlah ini, TMP bisa menargetkan pengelolaan anggaran sebesar Rp380 miliar. Untuk mendukung upaya tersebut, pihaknya telah menyiapkan peralatan pendukung di TPM yaitu berupa dua alat transtainer baru.
Dari sisi kapasitas bongkar muat, TPM memiliki panjang dermaga 1.360 meter yang dilengkapi dengan 7 unit container crane (CC), serta 18 unit Rubber Tyred Gantry. Untuk diketahui, sebelumnya pada April 2014, PT Pelindo IV juga telah menyelenggarakan direct call di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, bekerja sama dengan perusahaan pelayaran Maersk Line.
Adapun, jalur direct call yang dilewati Maersk Line adalah Papua New Guinea melalui Port Moresby, Port Noro, LAE. Kemudian masuk ke Bitung dan terakhir di Tanjung Pelepas, Malaysia. Doso Agung menambahkan, selain direct call, terobosan yang juga dilakukan perusahaan operator pelabuhan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) ini adalah dengan meresmikan dua unit Rubber Tyred Gantry (RTG) terbaru, serta melakukan groundbreaking pembangunan Mini Power Plant Gas.
"Menurutnya, groundbreaking pembangunan Mini Power Plant Gas merupakan salah satu strategi pihaknya untuk mendukung program pemerintah dalam penghijauan atau go green. Doso Agung meyakini, dengan terlaksananya program ini, akan menjadikan Kota Makassar sebagai kota yang maju dan bisa diperhitungkan.
"Apalagi, saat ini Kota Makassar memang sudah menjadi pusat di wilayah KTI," tukasnya.
EmoticonEmoticon