MAKASSAR-- Credit Suisse baru saja merilis Laporan Tingkat Kekayaan Global 2015 yang dilakukan oleh Credit Suisse Research Institute.
Hasil riset menunjukkan Indonesia berhasil pulih dengan mengagumkan dari krisis finansial Asia di 1997-98, dan rata-rata kekayaan penduduknya dalam Rupiah meningkat pesat pada periode tahun 2000-2015.
Dalam hasil risetnya menyebutkan jumlah miliuner USD di Indonesia diproyeksikan akan naik 54% dalam lima tahun mendatang sehingga mencapai 151.000 orang pada 2020, dibandingkan dengan 98.000 jiwa saat ini.
Credit Suisse Corporate Communications, Yukmin Hui dalam rilis resminya mengatakan, kekayaan rata-rata dalam rupiah telah meningkat secara terus-menerus sejak 2008 dengan laju tahunan rata-rata 5,5%.
Akan tetapi, dalam nilai mata uang USD, depresiasi nilai tukar sebesar 32% telah menyebabkan kekayaan per orang dewasa merosot.
Terlepas dari kemunduran ini, kekayaan per orang dewasa telah meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam nilai mata uang USD sejak tahun 2000 dan telah meningkat lima kali lipat dalam mata uang rupiah.
Namun, 92% dari populasi di Indonesia masih memiliki kekayaan kurang dari USD 10.000, lebih tinggi dari rata-rata dunia, yaitu 71%.
Hal ini menunjukkan, tingkat rata-rata kekayaan penduduk Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan standar internasional.
Akan tetapi, karena distribusi kekayaan yang begitu lebar, 136.000 penduduk Indonesia masuk ke dalam 1% penduduk terkaya di dunia, dengan 98.000 diantaranya memiliki aset jutaan Dollar AS.
Michael O’Sullivan, Chief Investment Officer bagi UK & EEMEA, Private Banking and Wealth Management Credit Suisse mengatakan, sudah enam tahun berturut-turut ekonomi global mengalami pertumbuhan PDB riil di atas 3%, ditopang oleh pertumbuhan yang masih cepat meskipun telah menurun di sejumlah pasar besar baru dan melesatnya laju pertumbuhan sejumlah negara maju, terutama di Eropa.
Kebijakan moneter setiap negara mulai berbeda-beda. Dimana the Fed kemungkinan akan menapaki jalur yang semakin ketat, sementara bank-bank sentral di negara-negara lain justru melonggarkan atau mempertahankan kebijakan. Hal ini sampai taraf tertentu menjelaskan perubahan-perubahan relatif dalam hal kekayaan dalam setahun terakhir.
"Ke depannya, kami memperkirakan ekonomi global akan meningkat sedikit, dengan ekonomi Cina yang mulai stabil seiring transisi yang negara itu lakukan menuju konsumsi dan jasa.
Dengan latar belakang ini, kekayaan diperkirakan akan terus menanjak dan dapat bertumbuh dengan laju tahunan 6,6% (termasuk inflasi), mencapai USD345 triliun pada 2020," ujarnya seperti dikutip dalam rilisnya.
Sementara itu, John Woods, Chief Investment Officer Asia Pacific, Private Banking and Wealth Management menambahkan, di seluruh dunia, jumlah, kesehatan, dan sumber daya kelas menengah dipandang sebagai faktor-faktor kunci dalam penentuan kecepatan dan keberlanjutan pembangunan ekonomi.
Kelas menengah sering kali berada di jantung tren konsumsi baru, dan merupakan sumber utama permintaan dan pembiayaan bagi para wirausahawan dan bisnis mereka.
Global Wealth Report 2015 mengamati kondisi-kondisi kelas menengah global yang berubah sejak 2000, dan melakukan terobosan dengan mendefinisikan kelas menengah dari segi wealth band, bukan kisaran pendapatan.
EmoticonEmoticon