MAKASSAR-- roduk Domestik Bruto (PDB) Triwulan III Tahun 2015 subsektor perikanan tumbuh sebesar 8,37 persen. Angka ini berada di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum, yaitu 4,73 persen dan lebih tinggi dari triwulan II yang sebelumnya sebesar 7,17 persen.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan pertumbuhan ini disebabkan adanya peningkatan daya beli (purchasing power) dari para pelaku sub sektor kelautan dan perikanan dibanding subsektor lain pada kelompok pertanian, kehutanan, perikanan dan bahkan secara nasional. Untuk PDB keseluruhan di tahun 2015, lanjut Susi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan angka pertumbuhan sebesar 7 persen.
“Ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan, baik tangkap maupun budidaya, memiliki potensi yang besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Susi, dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Perikanan III Tahun 2015 bersama Badan Pusat Statistik (BPS), di kantor KKP, Jakarta, baru baru ini.
Adapun, tambah Susi, yang menjadi faktor pertumbuhan ini yaitu produksi perikanan tangkap dan budidaya yang mengalami peningkatan. Produksi perikanan tangkap hingga triwulan III-2015 ini mencapai angka sebesar 4,72 juta ton atau naik sebesar 5,05 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sementara, untuk produksi perikanan budidaya mencapai produksi sebesar 10,07 juta ton atau meningkat sebesar 3,98 persen.
Selain itu, menurut Susi, PDB subsektor perikanan triwulan III-2015 juga diwarnai adanya perubahan laju implisit di subsektor perikanan. Laju ini akan merefleksikan perubahan harga dan kualitas yang terjadi di subsektor kelautan dan perikanan atau mencerminkan perubahan harga yang terjadi di tingkat produsen di subsektor tersebut. Jika dibandingkan rata-rata harga ikan di triwulan II-2015, laju implisit subsektor perikanan triwulan III-2015 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,83 persen (quartal to quartal) dan 7,12 persen (year to year).
“Yang perlu dipahami, jenis bisnis dan usaha perikanan tahun ini berbeda. Dulu yang menangkap itu kapal bekas asing, kalau sekarang kapal Indonesia. Angka-angka ini minus 1300 kapal bekas asing. Ini semua hasil tangkap nelayan Indonesia. Tangkap dan untuk orang Indonesia karena bekas asing tidak boleh tangkap. Ikan yang ditangkap tersebar kepada masyarakat dari Sabang sampai Merauke,” tegas Susi.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin mengatakan fenomena atau indikator pertumbuhan year-on-year subsektor perikanan sebesar 8, 37 persen didorong adanya produksi rumput laut yang berlimpah akibat pengaruh positif musim kemarau. Selain itu, juga dipengaruhi adanya diversifikasi komoditas, seperti udang vaname, yang dibudidayakan di Keramba Jaring Apung (KJA) Laut serta perluasan demonstration farming (demfarm) ke komoditas kekerangan.
Sementara untuk fenomena/indikator quartal-to-quartal pertumbuhan perikanan tumbuh 2,99 persen didorong oleh musim kemarau yang menyebabkan penanganan pasca panen bagi komoditas hasil perikanan budidaya relatif lebih baik, cuaca yang kondusif bagi nelayan untuk melaut
“Yang menarik dari angka pertumbuhan perikanan ini, didapati bahwa pertumbuhan pertanian terdorong dengan adanya peningkatan pertumbuhan perikanan,” ujarnya.
Berdasarkan data KKP, diketahui bahwa di perikanan tangkap yang mengalami peningkatan adalah tongkol dan tuna. Produksi tongkol hingga triwulan III-2015 meningkat sebesar 10,57 persen dibandingkan produksi periode yang sama pada tahun sebelumnya. Untuk komoditas tongkol yang mengalami peningkatan antara lain, tongkol krai, cangkalang dan lisong yang mengalami peningkatan sebesar 21,38 persen, 15,79 persen dan 58,50 persen dibandingkan produksi hingga periode yang sama pada tahun lalu.
Sedangkan produksi komoditas tuna mengalami peningkatan sebesar 15,47 persen. Produksi yang termasuk komoditas tuna yang mengalami peningkatan antara lain madidihang, tuna sirip biru dan tuna mata besar dengan masing-masing peningkatan sebesar 18,21 persen, 74,60 persen dan 10,11 persen.
Sementara, komoditas perikanan budidaya yang juga mengalami peningkatan produksi adalah rumput lalu, ikan tawes dan nilem. Rumput laut mengalami peningkatan produksi sebesar 10,83 persen, tawes meningkat sebesar 24,82 persen dan nilem meningkat produksi sebesar 7,19 persen dibandingkan triwulan II-2014.
Khusus Sulawesi Selatan, Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nursam Salam, Pada bulan November 2015, NTP-Pi mengalami penurunan sebesar 0,62 %, hal ini karena perubahan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,16 % , sedangkan indeks yang dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,46 %.
Penurunan yang terjadi pada indeks yang diterima Petani (It) karena subkelompok budidaya mengalami penurunan sebesar 0,32 %, sedangkan sub kelompok penangkapan mengalami kenaikan sebesar 0,04 %, Indeks yang dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,46 % ,dimana subkelompok Konsumsi Rumah Tangga naik sebesar 0,56 % dan indeks BPPBM naik sebesar 0,26%
EmoticonEmoticon