Sedangkan di beberapa negara seperti,Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang.
Ikan Kakap Merah atau lebih dikenal dengan nama seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor.
Di Sulawesi Selatan Produksi ikan kakap sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di hasilkan dari usaha pemeliharaan.
Salah satu faktor selama ini yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di Sulsel adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Seperti diketahui Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Sulawesi Selatan (Sulsel) hanya menargetkan produksi Ikan Kakap untuk tahun 2015 sebanyak 20 ton. Minimnya target tersebut disebabkan kurangnya budidaya di kalangan masyarakat nelayan Sulsel.
Kabid Perikanan Budidaya DKP Sulsel, Sulkaf S Latief mengatakan pengembangan komoditi ikan kakap di Sulsel belum berkontribusi maksimal terhadap total volume produk perikanan daerah. Hal ini dikarenakan kurangnya masyarakat yang mau membudidayakan ikan kakap.
Selain itu pengetahuan masyarakat terhadap budidaya kakap melalui sistem keramba juga masih minim. Ditambah biaya untuk membudidayakan ikan kakap dirasa sangat mahal.
"Salah satu penyebab masyarakat enggan untuk membudidayakan karena dipasaran harga untuk ikan kakap dirasa sangat renda sedangkan biaya untuk budidaya sangat tinggi, sehingga hasil produksi ikan kakap hanya bisa di isi dari hasil penangkapan,"ungkapnya.
mahalnya biaya budidaya kakap menyebabkan banyak nelayan sulsel beralih mengembangkan komoditi lainnya seperti rumput laut dan bandeng. Selain masa panen relative singkat, pengolahan dan ketersediaan pasar diyakini lebih baik.
Selama ini, budidaya ikan kakap dan pemanfatannya masih dilakukan untuk pemenuhan konsumsi lokal belum menyentuh pada pengembangan akses pasar.
EmoticonEmoticon