Friday, 5 February 2016

Bangun Industri Rumput Laut, KKP Anggaran Rp 330 M

MAKASSAR -- Pemerintah telah mengelakkan pengembangan industri rumput laut. Pasalnya, Indonesia dikenal sebagai sentra produksi rumput laut terbesar di dunia.

Dari Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan sebesar 64 persen dari hasil produksi tersebut di ekspor ke luar negeri dalam bentuk mentah. Sementara kebutuhan domestik meningkat yang tercermin dalam pertumbuhan impor rumput laut 35 persen menjadi US$ 8 juta pada 2013.

Karena itu tahun ini pemerintah melalui  KKP meningkatkan alokasi anggaran budidaya rumput laut 8 kali lipat menjadi Rp 330 miliar. Anggaran tersebut digunakan untuk membangun fasilitas 8 gudang rumput laut dan 10 pabrik olahan, selain itu anggaran juga akan digunakan untuk penyebaran bibit berkualitas dan peningkatan jumlah produksi.

terdapat tiga hal yang menjadi alasan pemerintah untuk mendorong kinerja industri tersebut. Pertama, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi lahan yang sangat luas. Dari jutaan hektare lahan yangtersedia, budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan 350 ribu hektare.

Kedua, terdapat 555 jenis rumput laut di Indonesia. Namun, baru tiga jenis rumput laut yang dibudidayakan yakni Gracilaria (penghasil agar-agar yang dibudidayakan di air payau), Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum (penghasil karaginan yang dibudidayakan di wilayah pesisir).

Ketiga, hilirisasi industri rumput laut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir terutama bagi nelayan budidaya dan petani rumput laut.

Khusus Sulawesi Selatan rencanaya tahun ini akan di bangun Empat industri pengolahan rumput laut baru berskala medium, di  empat kabupatwn, yaitu Kabupaten Bone, Takalar, Luwu, dan Maros.

Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis, menyebutkan empat kabupaten tersebut akan dikucur dana investasi masing-masing minimal Rp15 Miliar. "Empat industri pengolahan tersebut akan dimulai tahun ini. “Dibutuhkan waktu satu hingga dua tahun untuk membangun industri ini,” ujarnya baru baru ini.

Nantinya, industri ini akan menyerap bahan baku baik dari Sulsel, maupun dari daerah di sekitarnya. “Hasil produksinya nanti berupa agar-agar dan karagenan,” tambahnya.

Sedangkan terkait kapasitas produksi, Safari mengatakan pihak investor tengah melakukan kajian. “Jangan sampai hasil produksi ada tetapi tidak tahu dipasarkan ke mana,” terangnya.

Sementara itu Kepala Disperindag Sulsel Hadi Basalamah mengatakan pihaknya bersama ARLI akan membagun industri berbasis kompetensi daerah khususnya industri rumput laut. “Kita akan membuat MoU-nya,” kata dia.

Upaya inisiasi hilirisasi industri rumput laut ini diharapkan dapat mendukung program peningkatan ekspor tiga kali lipat. “Ini sejalan dengan program yang dicanangkan Gubernur Sulsel yaitu peningkatan ekspor tiga kali lipat,” katanya.


EmoticonEmoticon