Friday 12 February 2016

Akuakultur Merupakan Tulang Punggung Perikanan Dalam Negeri

Tags

MAKASSAR -- Akuakultur atau lebih dikenal perikanan budidaya kini telah menjadi tulang punggung dari sektor perikanan dalam negeri. Sejak tahun 2009 Indonesia telah menjadi produsen akuakultur terbesar kedua di dunia, di bawah negara China.

Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan Peningkatan rata-rata produksi perikanan budidaya Indonesia setiap tahunnya sebesar 27,84 persen. Dibandingkan dengan 10 (sepuluh) besar negara penghasil perikanan budidaya dunia, maka prosentase kenaikan rata-rata produksi Indonesia tertinggi dibandingkan dengan negara lainnya.

Bahkan dengan produsen perikanan budidaya terbesar di dunia yakni negara China, juga jauh lebih besar kenaikannya. China sebagai produsen ikan dunia terbesar, kenaikan rata-rata produksinya hanya sebesar 5,29 persen. Angka ini juga di bawah kenaikan rata-rata produksi perikanan budidaya dunia.

Khusus Sulawesi Selatan disektor perikanan budidaya menunjukkan tren peningkatan dibanding sektor perikanan tangkap.

Badan pusat statistik (BPS) Sulsel mencatat awal tahun 2016 subkelompok budidaya perikanan sulsel naik 0,14% sedangkan sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar 0,51%.

Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan kenaikan subkelompok perikanan budidaya tersebut mempengarui nilai tukar petani dimana Indeks yang dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,17% , dan subkelompok Konsumsi Rumah Tangga naik sebesar 1,12%.

Sulsel sendiri memiliki beberapa komoditas yang menjadi andalan dalam subsektor perikanan budidaya yang dikembangkan dan menjadi fokus dalam peningkatan produksi perikanan budidaya diantaranya udang, rumput laut, bandeng, kerapu, kakap, nila, mas, lele, patin dan gurame.

Kabid Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulkaf S Latief mengatakan Secara total produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 sebanyak 3.006. 656 ton. Dimana komoditas berkontribusi besar adalah Rumput Laut sebesar 2.826.536 ton, dengan rician cottonii sebanyak 1.733.495 ton, Gracillaria sebanyak 884.367ton, Spinosum sebanyak 208.673 ton. Disusul udang dengan totol produksi 40.346 ton dengan rician Udang windu sebanyak 15.573 ton, Udang vanamae sebanyak 11.785 ton dan Udang lainnya sebanyak 12.988 ton. "Kemudian disusul ikan bandeng sebanyak 120.954 ton," ungkap Sulkaf.

Potensi perikanan budidaya Sulsel memang memiliki prospek cerah ditunjukkan beberapa komoditas seperti rumput laut dan udang. Diketahui produksi rumput laut nasional sebanyak 30% dari Sulsel. Sementara bandeng, lele dan kerapu memiliki pasar di luar negeri yang bisa dijadikan komoditas andalan yang memiliki prospek pasar di luar dan di dalam negeri serta berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.


EmoticonEmoticon