MAKASSAR -- Prospek Budidaya ikan nila di Sulawesi Selatan terbilang cukup bagus, terlihat dari hasil produksi budidaya ikan air tawar, nila merupakan produksi terbesar kedua dari ikan Mas sementara ikan lele ada di urutan ketiga terbesar dari hasil produksi budidaya ikan air tawar.
Dari data Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Sulsel mencatat produksi ikan nila pada tahun 2015 mencapai 4.166. Dari produksi itu dapat dilihat minat para pembudidaya masih tinggi.
"Dilihat dari target produksi nila tahun 2015 belum capai target atau turun sekitar 20% dari target produksi yang sebesar 6.306," ungkap Sulkaf S Latief, Kabid DKP Sulsel.
Kata Sulkaf, salah satu paktornya adalah para pembudidaya ikan nila kebanyakan mengandalkan air tadah hujan, sementara tahun 2015 kemarin di beberapa daerah sulsel dilanda musim kemarau panjang, akibatnya banyak ikan mengalami mati akibat kekeringan.
Nila merupakan budidaya ikan air tawar yang diminati khususnya di daerah Tanah Toraja, dan Sidrap, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Toraja Utara, dan Wajo.
Smentara itu diketahui dari hasil pengkajian BBAP Takalar bersama ACIAR ternyata pengembangan budidaya nila di tambak membuahkan hasil.
Komoditas nila yang sebelumnya biasa dibudidayakan di air tawar ternyata bisa dibudidayakan tumbuh dan bisa berkembang dengan baik di air payau, baik secara tradisional maupun semi intensif sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh tim lapangan BBAP Takalar.
Dari keberhasilan yang dicapai dalam membudidayakan nila di tambak membuat banyak pembudidaya di Kabupaten Maros dan Pangkep teretarik untuk mengembangkan dan membudidayakan nila di tambak.
Dilihat dari Respon masyarakat yang besar terhadap komoditas ikan nila di Sulsel membuat peluang Daerah Sulsel menjadi penghasil komoditas nila yang potensial di luar Jawa.
Kalkulasi tersebut bisa terrealisir karena luas tambak di Sulawesi Selatan mencapai kurang lebih105 ribu ha. Kalau saja tambak yang bisa dimanfaatkan sebesar 30% saja (30 ribu ha) maka luasan tersebut bisa menghasilkan minimal 18.000 ton ikan nila pertahun. Ini dihitung berdasarkan produksi minimal pada pola tradisional sebanyak 600 kg/ha/siklus/th.
Besarnya prosuksi ini akan diikuti oleh munculnya usaha lain yang bisa lebih berdampak besar pada perekonomian masyarakat Sulawesi Selatan secara keseluruhan. Dengan demikian di masa yang akan datang Sulawesi Selatan akan bisa menjadi produsen ikan nila payau terbesar di Indonesia.
EmoticonEmoticon