Monday 21 March 2016

Produksi Udang Sulsel Ditarget 41 Ribu Ton

MAKASSAR -- Udang merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan budi daya yang terus ditingkatkan produksinya di daerah Sulawesi Selatan.

Tahun ini Pemerintah Sulawesi Selatan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel menargetkan produksi Udang sebesar 41. 378 Ton atau naik sekitar 10% dari realisasi produksi di tahun sebelumnya yakni sebesar 40.346 ton.

"Rinciannya yaitu udang windu sebanyak16.389 ton undang Vaname sebanyak 17.189 ton dan udang lainnya 7.800 ton," ungkap Kepala Seksi Budidaya Laut dan Payau DKP Sulsel, Ir Hardi Harris MM, Senin (21/3/16).

Diketahui hasil produksi udang Sulsel telah menujukkan perkembangan yang signifikan. Dari hasil olah data DKP sulsel mencatat produksi udang sulsel telah melampaui target produksi pada tahun 2015 yakni mencapai 40,34 ribu ton dari target sebesar 38,63 ribu ton.

"Adapun sentra produksi  udang di Sulsel yakni kabupaten Pinrang, Bone Maros, Takalar, Luwu, Luwu Timur Bulukumba dan Pangkep," sebut Hardi.

Sementara itu tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggenjot produksi udang windu sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budi daya khas Indonesia. Karena selain memiliki peluang pasar yang masih terbuka lebar, udang windu juga memiliki harga yang lebih tinggi.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto melalui keterangan resminya mengatakan udang windu merupakan udang asli Indonesia yang harus tetap dikembangkan dan dilestarikan. Sehingga perlu didukung dengan ketersediaan induk dan benih udang yang kontinyu.

Data yang tersedia tentang kenaikan produksi udang windu menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2010 – 2014) mencapai 4,81 % per tahun, yakni dari 125.519 ton pada 2010 menjadi 131.809 ton pada 2014. Angka sementara yang tersedia untuk produksi udang windu pada 2015 adalah 201.312 ton atau 20% dari total produksi udang nasional. Produksi udang windu sebagian besar disumbang dari budi daya dengan sistem tradisional, namun juga dari produksi tradisional plus.

“Cara budi daya dengan sistem ini kita dukung karena selaras dengan prinsip keberlanjutan. Ke depan, kita dukung dengan membenahi saluran irigasi di tambak-tambak tradisional tersebut, sehingga kontinuitas produksi udang windu di wilayah ini dapat terwujud,” ujar Slamet.

Budi daya udang windu dilakukan dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan, baik keberlanjutan lingkungan maupun dari sisi usaha.

Maka dari itu melalui Dirjen Perikanan Budidaya, KKP mendukung program ini dengan penyiapan induk unggul dan benih bermutu yang diproduksi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) seperti di Balai Besar Perikanan Budidya Air Payau (BBPBAP) Jepara dan juga Balai Perikanan Budidya Air Payau (BPBAP) Takalar.


EmoticonEmoticon